29 Okt 2011

2

Jangan Ngiri Ahh, Nganan Ajahh

  • 29 Okt 2011
  • Azzam Line
  • Share
  • Siang itu, selepas makan siang saat istirahat kerja, tepatnya tanggal 12 Oktober 2011. Atasan kami, kepala seksi menempelkan salah satu pengumuman di ruang kerja kami. Otomatis semua rekan-rekan kerja kami ingin melihat informasi terbaru apa yang kemudian sudah ditempelkan tersebut secara bergantian. Dari  situ diketahui ternyata, pengumuman yang ditempel adalah jadwal terkait dengan back up man power pada salah satu shift group dalam satu seksi departemen tempat kami bekerja dikarenakan salah seorang personil pelaksana lapangan yang mengundurkan diri. Penjadwalan tersebut berlaku selama satu bulan kedepan sebelum ada rekrutmen kembali. Dari situ, setiap pelaksana lapangan yang akan menggantikan seseorang saat posisi kosong itu, ada yang mendapat satu kali giliran dan ada pula yang mendapat dua kali pada gilirannya.

    Informasi itu gampangnya kita menyebut adanya pengaturan jadwal lembur khusus untuk pelaksana lapangan. Secara sederhana, Lembur merupakan kelebihan jam kerja dari pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja dari jumlah jam kerja rutinnya. Walau tidak semua pekerja mau untuk lembur. Tetapi, hal inilah yang dirindukan oleh sebagian pekerja yang berada di tempat kami, bilamana tak ada kesibukan lain di luar jam wajib kerjanya. Secara otomatis, pastinya dengan lembur akan mendapatkan penghasilan lebih dari gaji yang diterima di setiap bulannya. Hayooo siapa yang (gak) mau lembur… ? Heee… 

    Setelah  melihat jadwal Lembur tersebut, rekan-rekan kerja saya kemudian memperbincangkan terkait jadwal hak lembur setiap pelaksana lapangan yang boleh mengisi kekosongan pada pengumuman tersebut. Kebetulan, tempat kerja kami adalah salah satu perusahaan di Serang. Obrolan sehari-hari kami biasa dalam logat bahasa Jawa-Serang atau istilahnya bahasa “Jaseng” kami menyebutnya. Karena di tempat kerja kami kebanyakan orang lokal yang bekerja disana, secara otomatis bahasa keseharian yang digunakan adalah bahasa khas di daerah ini. Secara kebetulan juga saya sudah kuliah di Banten, sehingga sudah tidak asing lagi dengan bahasa yang digunakan. Berikut perbincangan yang dilakukan setelah membaca pengumuman tersebut.


    “Den, Wong kono kuen oleh lembur re siji doang ye?… tuman sire Den… dine terakhir maning.. Haha…” [1] celetuk Iwan mengawalinya.

    ”Endah lah kang, kite mah wis biase oleh wuakeh lembur  wong… ore heran kite mah… J,”[2]  jawab Deni.

    “Ohhh, Konon.. “ [3] balas Iwan.

    “Iye lah…“ [4] jelas Deni.

     “Ya iyelah, konon geh Den.. ari wong kono lembur kuen, aje dewekkan bae, tawari sing liane, endah ore wong kono maning – wong kono maning,” [5] balas Iwan kemudian.

    “Iya sih.. lamun liane gelem mah, kite nei geh wong. “ [6] lanjut Deni.

    Perbincangan kami terkait dengan jadwal lembur itu semakin seru saja dalam menyikapinya. Hampir semua orang ikut memperbincangkannya. Lain halnya dengan Turmijan, dia adalah salah satu operator DCS (Distribute Control System) di seksi yang lain pada departemen tempat kami bekerja. Kebetulan ruangan tempat kerja kami terdapat dua seksi yang berada disana. Tiba – tiba dia ikut mengomentari terkait hal ini.

    “Ti, apane, lamun ning tempat kite mah, lake jadwal mengkenen. Arep protes kite karo bos kite.” [7] Celetuk  Turmijan.

    “Hmm, celutuknya itu pasti dikarenakan memang pada seksi tempat dia bekerja, ada yang kekurangan satu personil dalam satu grup, tapi tidak ada yang boleh menggantinya. “ fikir saya.

     “Jangan Ngiri Ahh, Nganan Ajahhh.. Hehehehehehe…”  biar sedikit mencairkan suasana, canda saya.. He

    “Bise bae pak Ahmed, batur kite kien, nane-nane bae.” [8] celetuk Iwan.  (sapaan dia ke saya, karena kebetulan saya adalah salah satu tim kerja pada  shift group kami).

     Jangan Ngiri Ahh, Nganan Ajahhh..”  mudah-mudahan dapat mengurai obrolan yang mulai sedikit serius. Karena “Jangan Ngiri, Nganan Ajahhh…”  maksudnya adalah bukan petunjuk arah yang diberikan orang lain atau melalui sambungan Telepon atau SMS kepada yang tahu di pinggir jalan saat kita tersesat untuk menanyakan alamat tertentu yang ingin kita tuju dengan Handphone… He..  :) Yang saya maksud adalah agar pak Turmijan tersebut tidak asal iri yang justeru memunculkan rasa dengki terhadap orang lain, tetapi yang harus dilakukan adalah mengkonfirmasi kenapa dalam seksinya tidak boleh ada yang mengisi saat ada kekosongan pelaksana lapangan pada Group yang kurang itu.

     “Iya lah pak Ahmed, kite arep takon langsung karo bos kite.[9] Hal ini harus diperjuangkan, kan untuk kebaikan teman-teman juga.” tambah Turmijan.

     “Konon geh pak Tur. Perjuangkan lamun bise mah, endah oleh lembur.” [10] Lanjut Baridin, yang tiba-tiba ikut dalam perbincangan kami.

    Selepas perbincangan yang santai agak sedikit serius itu. Pak Turmijan kemudian pergi menemui kepala seksi di ruangan kerjanya. Singkat cerita, akhirnya dia kembali ke ruangan kami dan menjelaskan apa yang telah kepala seksinya tersebut jelaskan. Pak Tur pun bercerita, kata kepala seksinya, kalau seksi tempat Deni dan Iwan itu tadinya kan jumlah operator lapangannya 5 orang, sedangkan saat ini setiap grup hanya 4 orang operator, jadi butuh di back up, sedangkan seksi kita Tur, kan tadinya 4 orang, kan masih ada foreman dan engineer yang baru diangkat. Jadi kerjaan bisa dibantu mereka.  Itulah yang disampaikan oleh bos saya, akhirnya saya ngangguk aja, terang Turmijan. 

    Nah, jadi enakkan kalo kita udah konfirmasi. Mengakhiri perbincangan itu dapat dikutip hikmahnya, jadi kita gak perlu berfikir macam-macam apalagi sampai fitnah, selain bikin sakit hati, bahkan bisa jadi nanti akan membuat sakit fisik maupun jiwa kita. Itulah efek negatif dari rasa iri dan dengki yang dapat dirasakan. Lain halnya dengan hal positif, ketika kita melihat orang yang berprestasi, rasa iri ini harusnya dimunculkan agar kita dapat mengikuti langkah orang lain yang berprestasi. Masa, dia bisa kamu gak bisa, kan sama-sama makan nasi (kata-kata motivasi yang sering muncul diungkapakan oleh masyarakat).  

    Maka itu, Jangan Ngiri Ahh, Nganan Ajahh...” 
    Hehehehe…:)




    Saya Follow @XL123 @VivaNews @VivaVlog di Twitter

    *Keterangan:
    Nama pemeran lain memakai nama samaran.
    Arti bahasa Jawa Serang ke bahasa Indonesia yang digunakan dalam dialog kami… 
    [1] “Den, kamu itu dapat lemburnya satu kali doang ya? Emang enak kamu den, dapat hari terakhir lagi..”
    [2] “Biar aja kang, saya mah sudah biasa dapat banyak lembur, gak heran saya..
    [3] “Ohh, gitu..”
    [4] “Iyalah..”
    [5] “Ya, iyalah, gitu dong Den, kalau kamu lembur itu, jangan sendirian aja, tapi tawarin yang laen juga dong. Biar gak kamu lagi-kamu lagi”
    [6] “Iya sih.. kalau yang lain mau, saya akan kasihkan. “
    [7] “Hmm, apanyahhh, kalo di seksi tempat saya, ngak ada jadwal pengaturan kaya gini. Saya mau protes saya ke bos saya.”
    [8] “Bisa aja pak Ahmed, teman saya ini.
    [9] “Iyalah pak Ahmed, saya mau Tanya langsung ke bos saya.”
    [10] “Gitu dong pak Tur, Perjuangkan kalau bisa.”






    2 Responses to “Jangan Ngiri Ahh, Nganan Ajahh”

    JIMMY mengatakan...
    20 Oktober 2011 pukul 16.36

    hahahahha...
    saya kira nganan bahasa daerah mana gitu... kocak2..

    mampir balik ya pak :D

    SALAM,
    JIMMY


    Azzam Line mengatakan...
    21 Oktober 2011 pukul 01.13

    Hehehehehe.. :)

    alamat blognya mas.. profile nya gak bisa di akses nih.. :)

    Salam kenal juga yahh.. :)


    Posting Komentar

    Subscribe